Shalat Adalah Jamuan Hidangan
Allah Subhanahu Wa ta ala menguji hamba-NYA dengan syahwat-syahwat dan saran-sarana yang mendorong syahwat. Baik dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Maka kesempurnaan kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta ala dan limpahan kebaikan-NYA kepada si hamba menuntut Allah Subhanahu Wa Ta ala untuk menyiapkan jamuan hidangan yang menghimpun segala jenis makanan buah-buahan, hadiah pemberian dan penghargaan.
Allah Subhanahu Wa Ta ala mengundang si hamba kepada jamuan hidangan tersebut sebanyak lima kali dalam sehari semalam. Allah Subhanahu Wa Ta ala menjadikan dalam setiap jenis jamuan tersebut, hidangan yang penuh keledzatan , manfaat , maslahah yang paripurna bagi hamba yang diundang. Kelezatan setiap hidangan jamuan tersebut tidaklah sama untuk setiap pertemuan, sehingga Allah menyempurnakan kelezatan hamba-NYA pada setiap jenis ibadah. Allah Subhanahu Wa Ta ala Yang Maha Mulia , memuliakan hamba yang taat, dengan segala jenis kemulyaan dan pemulyaan…
Dengan demikian, setiap gerakan dalam gerakan ibadah shalat tersebut menjadi penghapus atas perkara tercela yang dibenci Allah Subhanahu Wa Ta ala. Dan dengannya Allah Subhanahu Wa Ta ala memberi balasan berupa cahaya khusus dan kekuatan khusus atas jiwa dan raga hamba tersebut serta pahala khusus kelak pada saat si hamba berjumpa dengan-NYA.
PULANG DARI JAMUAN HIDANGAN
Sebab sebelum itu, hati si hamba mengalami paceklik panjang, kegersangan, kelaparan, kehausan ketelanjangan dan kesakitan. Maka saat pulang dari jamuan tersebut, Maka si hamba yang diundang pada jamuan tersebut pulang kembali kerumah, dari perjamuan tersebut dalam keaadaan Allah Subhanahu Wa Ta ala telah mengenyangkan perutnya, menghilangkan dahaganya, menyematkan kebaikan, melimpahkan penghargaan dan mencukupinya dengan sempurna. Sandang, pakaian mencukupi naungannya dunia dan akhirat.
UNDANGAN BERKELANJUTAN
Karena musim paceklik senantiasa berlanjut, dan kebun dan ladang jiwa si hamba terus menerus dilanda kegersangan dan kekeringan, maka Allah Subhanahu Wa Ta ala senantiasa memperbaharui undangan Jamuan hidangan-NYA dari satu waktu ke waktu berikutnya secara berkelanjutan tanpa pernah terjeda apapun. Jamuan Hidangan sebagai wujud Ar-Rahman dan Ar-Rahiim-NYA kepada si Hamba.
Dengan demikian si hamba senantiasa meminta turunnya hujan kepada Dzat yang ditangan-NYA kekuasaan meliputi langit dan bumi. Kekuasaan dan kekuatan untuk menurunkan hujan yang bermanfaat kepada si hamba. Si hamba senantiasa memohon kepada pemilik awan kasih pembawa bulir air rahmat. Hal ini agar tidak menjadi mati tanaman hati dari memohon curahan hujan kasih sayang dan air rahmat penuh karunia-NYA. Demikian kebiasaan dan pekerjaan si hamba sepanjang hidupnya .
KELALAIAN ADALAH PACEKLIK
Sesungguhnya kelalaian menimpa hati si hamba adalah masa paceklik, yang dipenuhi dengan kegersangan. Selama hati si hamba senantiasa mengingat Allah dan menghadap kepada-NYA, niscaya curahan hujan kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta ala senantiasa mengguyurnya, laksana hujan lebat yang turun tanpa henti.
Pabila hati lalai dari Allah Subhanahu Wa Ta ala niscaya akan mengalami kekeringan, jika kekeringan itu berlangsung terus menerus digerus aneka syahwat, akan mengakibatkan bencana paceklik kegersangan yang bisa saja mematikan akar pohon keimanan. Kelalaian akan menghadiri jamuan hidangan Allah Subhanahu Wa Ta ala adalah paceklik hati yang berakibat kematian pokok pohon iman.
AKIBAT BURUK KELALAIAN
Apabila jiwa sang hamba yang tetap terjaga, melawan segala syahwat untuk memenuhi Undangan Perjamuan Hidangan dari Allah Subhanahu Wa Ta ala sehari lima kali, undangan jamuan hidangan shalat fardhu, niscaya si hamba adalah makluk yang beruntung karena secara konstan mendaptkan guyuran air hujan penuh kasih sayang , rahmat, niscaya tanah di kebun hatinya menjadai hidup , tanaman keimanan tumbuh subur, cabang-cabang ketakwaannya tumbuh subur dan kuat. Dibawah naungan pohon besar keimanan ketauhidan tumbuhlah subur tujuh puluh dau bahkan lebih pohon-pohon cabang keimanan… masya Allah….
Perumpamaan jiwa yang mengalami paceklik ibarat tanaman yang akar, batang, dahan dan ranting bahkan daun dan buahnya memerlukan siraman air. Apabila tanaman tersebut tidak mendapatkan siraman air yang sesuai takaran niscaya buahnya rontok, bunga akan layu, daun dan dahan meranggas akar mengering. Lebih buruk lagi seluruh pohon tersebut akan mengering merana, jangankan buah, daunpun enggan tumbuh. Dahan melapuk, meranggas. Dan apabila engkau menarik sebatang dahannya ia akan patah. Pada saat itu pemilik kebun hanya memiliki satu pilihan, menebang pohon keimanan tersebut, menjadikannya kayu bakar, bahan bakar api neraka.
KERING KERONTANGNYA HATI
Demikian pula keadaannya hati ,sesungguhnya hati manusia hanya akan mati kekeringan, karena kekosongan yang melanda hati, kosong dari Menjadikan Allah Subhanahu Wa Ta ala sebagai satu-satunya illah yang berhak diibadahi dengan benar, kekosongan karena tidak adanya batang pohon yang menumbuhkan cabang-cabang keimanan. Akibatnya hati yang kering tersebut sangat mudah terbakar api kecemburuan, kemarahan tanpa sebab, kegelisahan sepanjang waktu, gundah gulana tanpa henti. Dampaknya dahan-dahan yang terbakar api syahwat enggan terjulur sangat engkau berusaha menariknya , enggan menuruti perintahmu lagi, karena syahwat lah yang menguasai pohon keimananmu tersebut.
Dalam situasi ini, pohon tersebut hanya pantas untuk dijadikan kayu bakar , membesarkan nyala api tungku neraka, naudzubillah.
‘Maka kecelakaanlah atas diri orang-orang yang hatinya keras karena lalai dari mengingat-ingat Allah Subhanahu Wa Ta ala, mereka itu berada dalam kesesatan yang nyata”
Qur-an Surah : Az-Zumar ayat 22
HUJAN YANG MENGGUYUR HATI
Apabila hati mendapatkan guyuran hujan kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta ala niscaya anggota badan akan segar , lentur , tunduk dan patuh. Apabila engkau menariknya pada perintah Allah Subhanahu Wa Ta ala niscaya ia akan bersamamu mentaatinya. Ia akan bergegas melaksanakannya dengan cepat dan ringan.
Engkau akan memetiknya darinya buah-buahan peribadatan , yang dibawa oleh setiap cabang anggota badan. Bahannya adalah hati yang basah nan segar. Bahan kesuburan tersebut melakukan perannya pada hati dan anggota badan.
Adapun ketika hati kering kerontang, anggota badan akan enggan melakukan amal-amal kebajikan. Hal ini karena bahan kesuburan dan kehidupan hati terputus dari dirinya, sehingga tidak bias menyebar luas keanggota badan lainya. Akibatnya masing-masing anggota badan pun tidak mampu melahirkan buah-buah peribadatan.
MEMPEKERJAKAN ANGGOTA BADAN
Pada setiap anggota badan manusia terdapat ibadah khusus dan ketaatan khusus yang harus ditunaikan kepada Allah Subhanahu Wa Ta ala. Seiap anggota bdan manusia diciptakan dan disispakan untuk menunaikan ibadah khusus tersebut.
Dalam hal ini, manusia terbagi menjadi tiga golongan :
Pertama, manusia yang mempergunakan anggota badannya untuk tujuan penciptaannya dan maksud yang diinginkan darinya. Orang inilah yang dalam perdagangannya dengan Allah Subhanahu Wa Ta ala memperoleh laba yang paling besar. Ia telah menjual dirinya dengan kepada Allah Subhanahu Wa Ta ala dengan jual beli yang paling menguntungkan. Shalat merupakan amalan yang ditetapkan Allah Subhanahu Wa Ta ala agar seluruh anggota badan manusia dipergunakan. Dalam peribadatan keapda Allah, mengikuti ibadah hati.
Kedua , Manusia yang mempergunakan anggota badannya bukan bukan untuk tujuan penciptaanya, orang inilah yang usahanya mengecewakan dan perdagangannya merugi. Ia kehilangan ridha Rabbnya dan pahala yang agung, sebaliknya ia mendapatkan murka dan adzab-NYA yang pedih.
Ketiga, Manusia yang menganggurkan dan mematikan peran anggota badannya, dengan duduk manis berpangku tangan saja. Orang ini juga meraih kerugian yang paling besar. Sebab manusia dicipkan untuk beribadah , berketaatan dalam beramal, bukan menganggur. Manusia yang paling dibenci Allah Subhanahu Wa Ta ala adalah seorang pengangguran, yang tidak bekerja untuk memenuhi kebutuhan dunianya dan tidak juga beramal sholih untuk kebutuhan akhiratnya sendiri. Orang seperti ini menjadi beban bagi dunia dan agamanya.
ANGGOTA BADAN YANG MELAKUKAN IBADAH KHUSUS
Setiap anggota badan manusia Allah Subhanahu Wa Ta ala ciptakan dan Allah Subhanahu Wa Ta ala siapkan untuk melakukan ibdah khusus. Untuk hal ini ada tiga macam atau tiga golongan manusia :
Pertama, ANGGOTA BADAN YANG MELAKUKAN KETAATAN,
Golongan ini bagaikan orang yang mendapatkan hadiah sebidang tanah yang luas. Ia juga mendapatkan bantuan alat cocok tanam dan benih. Ia juga diberikan bantuan dana dan peralatan untuk menyirami tanamannya tersebut.
Maka ia membajak lahan garapannya dan menyiapkan untuk ditanami. Ia menaburkan macam benih tanaman, menanam berabagai macam bibit biji-bijian pangan dan buah-buahan serta sayuran.
Lalu ia merawatnya, menempatkan beberapa penjaga untk mengawasi tanaman yang mulai tumbuh. Menjaga dari binatang liar atau orang-orang yang ingin merusak kebunnya. Ia juga memperbaiki kerusakan pagar, memeriksa secara rutin tanaman tersebut, menyiangi rumput-rumputnya, memotong tanaman dari duri-durinya dan menggunakan hasil panennya untuk mengembangkan pertaniannya.
Kedua, ANGGOTA BADAN YANG MELAKUKAN KEMAKSIATAN
Golongan kedua ini,bagaikan seseorang yang mendapatkan pemberian hadiah serupa, lalu ia menjadikannya sarang binatang buas dan hewan liar serta menjadikan lahan tersebut sebagai tempat pembuangan sampah dan bangkai.
Ia juaga menjadikannya tempat berkumpulnya setiap perusak, pengganggu dan pencuri. Ia menerima bantuan alat-alat pertanian dan benih, namun ia menggunakannya untuk mebiayai kehidupan para penjahat dan perusak yang bersarang di tanah pemberian tersebut.
Ketiga, ANGGOTA BADAN YANG MENGANGGUR
Golongan ketiga ini juga diibaratkan mendapatkan pemberian hadiah yang serupa, namun ia menganggurkannya, menelantarkannya. Mengirimkan aliran air dari lahannya kepadang tandus nan gersang. Dia hanya duduk berpangku tangan dalam keadaan tercela dan merugi.
Kesimpulan:
Golongan Pertama, perumpamaan orang yang sadar dan siap melaksanakan tujuan dari penciptaan dirinya. Golongan ini, jika ia bergerak, diamnya, duduknya, makan, minum, tidur, berdiri, berjalan,berbicara, semua perbuatannya membawa pahala bagi dirinya, bukan dosa. Ia senantiasa berdzikir, berada dalam ketaatan, mendekatkan dirinya kepada Allah. Subhanahu Wa Ta ala.Golongan ini setiap aktifitasnya, dalam nuansa ketaatan dan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta ala .
Golongan Kedua, perbuatan apapun yang dilakukannya membawa dosa untuknya, bukan pahala. Ia dijauhkan dari rahmat Allah Subhanahu Wa Ta ala dan senantiasa berada dalam kerugian yang nyata.
Golongan ini setiap aktifitasnya, dalam nuansa pengkhianatan dan pelanggaran. Sebab Allah tidak memberi beragam kenikmatan tersebut agar menyelisihi Allah, maka ia adalah orang yang melakukan kejahatan, pelanggaran, dan pengkhianatan dalam mempergunakan nikmat-nikmat Allah untuk selain ketaatan.
Golongan Ketiga, perbuatan apapun yang dilakukannya senatiasa berada dalam kelalaian, pengangguran dan mengabaikan tujuan penciptaan dirinya.
Golongan ini beralih dari satu aktifitas keaktifitas lainnya dalam kelalaian, kesenangan dan kepuasan nafsu belaka. Ia tidak mengejar ridho Rabbnya, tidak mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta ala . Ini jelas-jelas kerugian yang nyata, kerana ia menganggurkan waktu, umur-umurnya yang tidak ternilai harganya tersebut dari mengejar perdagangan dan keuntungan yang besar.
Allah mengundang orang-orang yang bertauhid kepada shalat lima waktu sebagai bentuk kasih sayang-NYA kepada makhluk-NYA. Allah Subhanahu Wa Ta ala mempersiapkan untuk mereka berbagai macam bentuk peribadatan dalam shalat. Tujuannya adalah seorang hamba dalam setiap diamnya, ucapannya, perbuatan, gerak dan diamnya dalam shalat bias meraih bagian dari karunia-NYA.
Disarikan dari buku :
MENIKMATI LEZATNYA SHALAT : Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah
Dihimpun ulang oleh: Dr. Adil Bin Abdus Syakur Az-Zuraqi